Seputar Berita Langka

Selasa, 16 Agustus 2016

71 Tahun Kemerdekaan Indonesia


Di bulan Agustus ini, sudah menjadi agenda acara di mana-mana dalam memperingati kemerdekaan bangsa. Lomba-lomba unik, menarik dan massal diikuti oleh sebagian besar warga.

Dari orang dewasa, ibu-ibu, terutama anak-anak dimanapun diharapkan terlibat dalam memperingati hari ini. Berbagai macam perlombaan seperti makan kerupuk, lari karung dan tarik tambang yang melegenda, juga beberapa kreasi perlombaan baru yang dirancang untuk dimeriahkan. Dengan tak melupakan tujuan dan arti penting dari perlombaan tersebut.

Masa lalu yang terkekang dan tertindas oleh bangsa-bangsa lain hingga merdeka seperti hari ini tentu harus dan patut menghibur diri dengan berbagai cara-cara terntu ada cara bagaimana kita mencapai kemerdekaan sampai bisa seperti hari ini.

Diseluruh pelosok negeri, terutama di kampung-kampung, lorong-lorong, gang-gang, dan di pelosok desa, sorak sorai, gelak tawa dan suasana gembira menyelimuti di antara hiasan penjor dan bendera merah putih yang berkibar dimana-mana.

Salah satu lomba yang populer adalah makan kerupuk. Hingga ada lomba panjat pinang yang konon dulu diselenggarakan oleh para meneer Belanda saat berpesta. Panjat pinang, adalah jenis lomba memeriahakan hari kemerdekaan yang diselenggarakan khusus. Simbol ini juga diibaratkan bagaimana dulu kita mencapai kemerdekaan sewaktu mengambil bendera merah putih kita. bahu membahu, gugur bangkit hingga tercapailah bendera merah putih.

Sejak 71 tahun dari saat pertama mendapatkan kebebasannya, nampaknya rakyat negeri ini justru menghadapi berbagai macam penjajahan terselubung oleh tak hanya bangsa asing, namun juga oleh 'saudara - saudara'nya sendiri. Penjajahan ideologi, perbudakan ekonomi, pemerkosaan budaya, penindasan teknologi dan penyesatan - penyesatan informasi serta bentuk - bentuk eksploitasi manusia atas manusia lainnya.

Sepertinya memang masih akan lama lomba - lomba memperingati hari kemerdekaan akan tetap seperti lomba - lomba sejak dahulu kala. Kerupuk, karung dan tambang. Karena nampaknya kondisi rakyat negeri ini tak begitu banyak berubah. Kita masih harus banyak bersabar dan mengalah dengan memanfaatkan apa adanya yang bisa dan dipunya. Panjat pinang seolah diselenggarakan hanya untuk semakin mengingatkan dan menunjukkan kepada kita semua, bahwa untuk meraih hadiah kesejahteraan, kita masih harus jatuh bangun dalam lumpur, saling bahu membahu, pundak diinjak, berlumur oli dan menjadi bahan lelucon dan tertawaan. Lelucon dan tertawaan bangsa lain yang telah merasakan kesejahteraan terlebih dahulu.

0 komentar:

Posting Komentar